Tsetse adalah
lalat raksasa dari Afrika, panjang tubuhnya dapat mencapai 1,6 cm dari
ujung kepala hingga ekor. Warnanya tubuhnya bervariasi antara coklat
muda dan coklat tua dan mempunyai dua antena di bagian kepalanya,
sehingga perbedaanya akan tampak mencolok dibandingkan dengan lalat
biasa. Saat tidak terbang kedua sayapnya dilipat secara bertumpuk diatas
tubuhnya.
Fosil tertua
dari lalat jenis ini pernah ditemukan di Colorado, dan setelah dianalisa
usianya lebih dari 30 juta tahun yang lalu, sehingga Tsetse tergolong
binatang purba yang masih eksis hingga saat ini.
Namun mengingat Tsetse adalah makhluk yang berbahaya dan dapat berkembang biak dengan pesat, maka tidak diperlukan adanya upaya untuk melestarikan binatang ini.
Namun mengingat Tsetse adalah makhluk yang berbahaya dan dapat berkembang biak dengan pesat, maka tidak diperlukan adanya upaya untuk melestarikan binatang ini.
Tsetse adalah
carrier (pembawa) bagi parasit Trypanosomiasis, jadi Tsetse tidak
menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum ia sendiri tertular
Trypanosomiasis. Lalat ini suka menghisap darah, apabila darah korbannya
telah terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan tertular parasit
tersebut dan dapat menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap
darahnya, karena air liur dari lalat ini ikut masuk kedalam lubang
gigitan saat ia menghisap darah.
Parasit
Trypanosomiasis, menyebabkan demam, migrain dan menimbulkan kantuk yang
luar biasa. Korban dapat tertidur (biasanya disebut Sleeping Sickness),
dan bila tidak segera disembuhkan maka korbannya tidak akan pernah
bangun lagi (meninggal). Binatang ataupun manusia dapat terinfeksi
parasit ini dan juga dapat saling menularkan dengan perantara Tsetse.
Saat ini Suramin diberikan bagi pasien yang terdiagnosa dini, Eflornithine atau Pentamidine pada penderita yang agak lambat terdiagnosa, Melarsoprol diberikan bagi pasien yang telah terinfeksi lebih parah, namun makin lama pasien terdiagnosa dan tertolong, makin kecil pulalah peluang untuk selamat.
Saat ini Suramin diberikan bagi pasien yang terdiagnosa dini, Eflornithine atau Pentamidine pada penderita yang agak lambat terdiagnosa, Melarsoprol diberikan bagi pasien yang telah terinfeksi lebih parah, namun makin lama pasien terdiagnosa dan tertolong, makin kecil pulalah peluang untuk selamat.
Cara
pencegahan yang utama adalah tentu saja berusaha agar tidak tergigit
oleh Tsetse, hindari wilayah yang merupakan habitat Tsetse, kemudian
berusaha agar tubuh senantiasa fit dan sehat, Trypanosomiasis secara
natural dapat terbasmi oleh kekebalan tubuh yang baik. Celakanya korban
gigitan baik yang selamat karena memiliki kekebalan tubuh yang baik atau
yang berhasil diobatipun telah menjadi carrier bagi Trypanosomiasis,
sehingga berpotensi menularkan penyakitnya melalui transfusi atau
perantara Tsetse.
Tsetse hidup
di daerah berair seperti danau, rawa, dan juga wilayah hutan atau padang
rumput yang lembab. Masa hidupnya adalah sekitar 30 hingga 90 hari,
namun dalam masa hidupnya yang pendek itu Tsetse dapat menyebarkan
petaka pada banyak korbannya. Diperkirakan hampir 300 ribu orang
meninggal setiap tahunnya akibat parasit Trypanosomiasis, akibat
kurangnya obat-obatan dan keterlambatan diagnosa.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar